Entri Populer

Kamis, 27 Oktober 2011

anatomi fisiologi sistem pencernaan

ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM PENCERNAAN
Ditulis oleh Administrator
16 Jan 2008 Pukul 03:48 AM
Pendahuluan
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ yang berkaitan. Saluran pencernaan adalah sebuah tabung berlekuk melintang sepanjang sekitar 7 m, tempat lewat makanan saat makanan terurai. Jalur pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan (pharynx), oesophagus, lambung, usus-halus dan usus-besar, rektum, serta anus. Organ pencernaan yang terkait, mencakup tiga pasang kelenjar ludah, hati, pankreas, serta empedu. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal.
Fungsi sistem pencernaan
a. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
b. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan).
c. Peristalsis adalah gelombang kontaksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
d. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.
e. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
f. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaanImage
Gambaran garis besar saluran pencernaan
a. Dinding saluran
Tersusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.
1) Mukosa
Membran mukosa terdiri dari tiga lapisan :
a) Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi dan absorpsi. Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelum skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlindungan. Lapisan ini terdiri dari epitelium kolumnar sampel dengan sel goblet di area tersebut yang dikhususkan untuk sekresi dan absorpsi.
b) Lamina propria adalah jaringan ikat areolat yang menopang epitelium. Lamina ini mengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe dan beberapa jenis kelenjar.
c) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos longitudinal luar.
2) Submukosa
Terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang disebut pleksus Meissner (Pleksus submukosal). Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.
3) Muskularis eksterna
Terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar saluran. Kontraksi ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakkan isi saluran ke arah depan.
4) Serosa (adventisia).
Lapisan ke empat dan paling luar juga disebut peritoneum viseral. Lapisan ini terdiri dari membran serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epitelium skuamosa simpel.
b. Peritoneum, mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membran serosa terlebar dalam tubuh.
1) Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis
2) Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum parietal oleh berbagai lipatan.
3) Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara viseral dan peritoneum parietal.
4) Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang merefleks balik dari peritoneum viseral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke dinding abdominal belakang. Pembuluh darah, limfatik dan saraf terletak dalam lipatan peritoneal.
c. Kendali saraf pada saluran pencernaan
Susunan saraf otonom menginervasi keseluruhan saluran pencernaan, kecuali ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunter.
1) Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan efek stimulasi konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan pencernaan.
2) Impuls simpatis yang dibawa medula spinalis dalam saraf splanknik, menghambat kontraksi otot polos saluran, mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan pencernaan.
3) Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut raganglionik parasimpatis. Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokal dan aktivitas sekretori saluran.
1. Mulut dan oesophagus
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah dan orofaring di bagian belakang.
Gerakan gigi dan lidah ketika mengunyah melumat makanan menjadi bagian-bagian kecil lunak untuk ditelan, sedangkan zat-zat dalam ludah mulai mengurai karbohidrat dalam makanan. Ketika menelan, lidah mendorong campuran makanan dan ludah (bolus) melalui kerongkongan ke oesophagus. Sementara langit-langit lunak menutup rongga hidung, epiglottis (sebuah penutup kecil dari tulang-rawan di pangkal lidah) bergerak menutup larynx.
  • Image
    1) Bibir
Bibir tersusun dari otot rangka (Orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.
  • 2) Pipi
Mengandung otot buksinator mastikasi. Lapisan epitelial pipi merupakan subjek abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat.
  • 3) Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan dalam produksi wicara.
  • 4) Kelenjar saliva
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
  • 5) Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (elveoli) pada mandibula dan maksila. Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan menutup (overlap) gigi bawah.
Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer dan gigi sekunder. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang di antara dua gigi depan) terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar), untuk total keseluruhan 20 gigi. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bikuspid) dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah. Geraham ketiga disebut "gigi bungsu".
Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
  • b. Proses menelan
Proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan dari faring menuju esofagus. Aksi penelanan meliputi tiga fase :
  • 1) Fase volunter
Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke arah orofaring.
  • 2) Fase faring
Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim impuls ke pusat menelan dalam medula dan batang otak bagian bawah. Refleks yang terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga makanan bisa masuk.
  • 3) Fase esofagus
Sfingter esofagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung. Sfingter kemudian berkontriksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke dalam esofagus.
  • c. Esofagus
Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dan hipofaring hingga kardia lamburig. Esofagus terletak di posterior jantung dari trakea, di anterior vertebra, dan menembus hiatus diafragma tepat di anterior aorta. Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung.
Pada kedua ujung esofagus terdapat otot sfingter Otot krikofaringeus membentuk sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka. Bagian esofagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali pada waktu menelan
Sfingter esofagus bagian bawah, walaupun secara anatomis tidak nyata, bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esofagus. Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah.
Dinding esofagus seperti juga bagian lain saluran gastrointestinal, terdiri atas empat lapisan: mukosa, submukosa, muskularis dan serosa (lapisan luar).
Lapisan mukosa bagian dalam terbentuk dan epitel gepeng berlapis yang berlanjut ke faring di ujung atas epitel lapisan ini mengalami perubahan mendadak pada perbatasan esofagus dengan lambung (garis-Z dan menjadi epitel toraks selapis. Mukosa esofagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahar terhadap isi lambung yang sangat asam. Lapisan submukosa mengandung sel-sel sekretori yang memproduksi mukus. Mukus mempermudah jalannva makanan sewaktu menelan dan melindungi mukos dan cedera akibat zat kimia. Lapisan otot lapisan luar tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular. Otot yang terdapat di 5% bagian atas esofagus adalah otot rangka, sedangkan otot di separuh bagian bawah adalah otot polos. Bagian di antaranya terdiri dari campuran otot rangka dan otot polos. Berbeda dengan bagian saluran cema lainnya, tunika serosa (lapisan luar) esofagus tidak memiliki lapisan serosa ataupun selaput peritoneum, melainkan lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang menghubungan esofagus dengan struktur-struktur yang berdekatan. Tidak adanya serosa menyebabkan semakin cepatnya penyebaran sel-sel tumor (pada kasus kanker esofagus) dan meningkatnya kemungkinan kebocoran setelah operasi.
Persarafan utama esofagus dipasok oleh serabut-serabut simpatis dan parasimpatis dan sistem saraf otonom. Serabut parasimpatis dibawa oleh nervus vagus, yang dianggap sebagai saraf motorik esofagus. Fungsi serabut simpatis masih kurang diketahui.
Selain persarafan ekstrinsik tersebut, terdapat jala-jala serabut saraf intramural intrinsik di antara lapisan otot sirkular dan longitudinal (pleksus Auerbach atau mienterikus), dan tampaknya berperan dalam pengaturan peristaltik esofagus normal. Jala-jala saraf intrinsik kedua (pleksus Meissner) terdapat di submukosa saluran gastrointestinal, tetapi agak tersebar dalam esofagus.
Fungsi sistem saraf enterik tidak bergantung pada saraf-saraf ekstrinsik. Stimulasi sistem simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan atau menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung saraf bebas dan perivaskular juga ditemukan dalam submukosa esofagus dan ganglia mienterikus. Ujung saraf ini dianggap berperan sebagai mekanoreseptor, termoosmo, dan kemoreseptor dalam esofagus. Mekanoreseptor menerima rangsangan mekanis seperti sentuhan, dan kemoreseptor menerima rangsangan kimia dalam esofagus. Reseptor termo-osmo dapat dipengaruhi oleh suhu tubuh, bau, dan perubahan tekanan osmotik.
Distribusi darah ke esofagus mengikuti pola segmental. Bagian atas disuplai oleh cabang-cabang arteria tiroidea inferior dan subklavia. Bagian tengah disuplai oleh cabang-cabang segmental aorta dan arteria bronkiales, sedangkan bagian subdiafragmatika disuplai oleh arteria gastrika sinistra dan frenika inferior. Aliran darah vena juga mengikuti pola segmental.
Vena esofagus daerah leher mengalirkan darah ke vena azigos dan hemiazigos, dan di bawah diafragma vena esofagus masuk ke dalam vena gastrika sinistra. Hubungan antara vena porta dan vena sistemik memungkinkan pintas dan hati pada kasus hipertensi porta. Aliran kolateral melalui vena esofagus menyebabkan terbentuknya varises esofagus (vena varikosa esofagus). Vena yang melebar ini dapat pecah, menyebabkan perdarahan yang bersifat fatal. Komplikasi ini sering terjadi pada penderita sirosis.
2. Lambung
Makanan turun melalui oesophagus ke lambung. Di sana, dalam waktu bisa sampai 5 jam, dilumat dan diurai sebagian oleh cairan pencerna sampai menjadi zat semi-cair (chyme). Cairan yang diminum, air misalnya, langsung melalui lambung menuju kantung kemih dalam beberapa menit.
  • Anatomi
Lambung terletak oblig dari kiri ke kanan yang menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung seperti huruf J dan bila penuh berbentuk seperti alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung satu sampai dua liter. Secara anatomis lambung terbai atas fundus, corpus dan antrum pylorus. Pada sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kedua ( Sfingter esophagus bawah ) mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Di saat sfingter pylorus relaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
Sfingter pylorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami stenosis sesbagai komplikasi dari penyakit tukak lambung. Lambung sendiri terdiri atas 4 lapisan. Tunika Serosa merupakan bagian peritoneum viseralis yang menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum, dan terus memanjang ke arah hati membentuk omentum minus.
Bagian muskularis tersusun menjadi tiga lapis yaitu lapisan longitudinal, sirkular dan lapisan oblig bagian dalam. Susunan serat otot ini diperlukan untuk memecah makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung dan mendorongnya ke arah duodenum. Submukosa memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltic. Lapisan ini mengandung lapisan fleksus saraf, pembuluh darah dan saluran limfe. Mukosa lapisan dalam lambung yang tersusun dari rugae, dengan adanya rugae ini dapat berdistensi sewaktu diisi makanan. ( Price, Sylvia, A, et al, 1995 ).
Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini menurut price, Sylvia, A, et al, 1995 yaitu :
  • 1) Kelenjar kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi mukus
  • 2) Kelenjar fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yamg mana kelenjar ini memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :
  • a) Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah menjadiu pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang penting.
  • b) Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.
  • c) Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung terhdap kerusakan oleh HCL atau autodigesti.
  • 3) Kelenjar pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.
Menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum diantarkan dari abdomen melalui saraf vagus. Serabut-serabut aferan menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan peradangan, yang dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis mesentrikus dan submukosa membentuk persarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasikan aktifitas motorik dan sekresi mukosa lambung.
Suplai darah dilambung dan pancreas berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri duodenalis dan pankreati duodenalis yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta.
  • b. Fisiologi
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa fase menurut Price, Syvia, A, et al, 1995, yaitu :
  • 1) Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk kelambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium memikirkan atau mengecap makanan. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri.
  • 2) Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormone gastrin dan secara lanmgsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh Ph alkali, garam empedu di antrum dan terrutama oleh protein makanan dan alcohol. Gastrin adalah stimulasi utama sekresi asam hidroklorida.
  • 3) Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang gastrin usus, suatu hormone yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan langsung.
Adapun fungsi lambung menurut Price, Sylvia, A, et al, 1995, yaitu :
  • 1) Fungsi motorik yang terdiri dari :
  • a) Fungsi reservoir, menyimpan makanan sampai sedikit demi sedikit bergerak pada saluran cerna, menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi.
  • b) Fungsi mencampur, memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung.
  • c) Fungsi pengongsongan lambung; diatur oleh factor syaraf dan hormonal.
  • 2) Fungsi pencernaan dan sekresi
  • a) Pencernaan protein oleh pepsin dan Hcl.
  • b) Sintesis dan pelepasan gastrin.
  • c) Sekresi factor intrinsic.
  • d) Sekresi mucus.
3. Usus-halus
Chyme memasuki duodenum (bagian awal usus halus) dan diurai lebih lanjut oleh cairan pencernaan dari hati dan pankreas. Tahap akhir pencernaan berlanjut di bagian usus halus berikutnya. Di sini, cairan pencernaan yang dikeluarkan dari dinding usus halus memecah zat makanan menjadi unit-unit kimia yang cukup kecil sehingga bisa menerobos dinding usus halus dan memasuki jaringan pembuluh darah di sekitarnya.
Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan membentang dan pilorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus pada orang hidup sekitar 12 kaki (3,6 m) dan hampir 22 kaki (6,6 m) pada kadaver (akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm, tetapi makin ke bawah garis tengahnya semakin berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 437)



Usus halus terdiri dari :
  • a. Duodenum
Adalah bagian terpendek (25 sampai 30 cm). Duktus empedu dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberpa sentimeter di bawah mulut pilorus.
  • b. Yeyunum
Adalah bagian yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 m sampai 1,5 m.
  • c. Ileum
2 sampai 2,5 meter merentang sampai menyatu dengan usus besar.
Apendiks vermiforinis berbentuk tabung buntu berukuran sebesar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada apeks sekum. Peradangan atau ruptura struktur ini merupakan penyebab penting kematian pada orang muda, walaupun frekuensinya kini lebih jarang menyebabkan kematian dibandingkan dengan masa sebelum ditemukannya antibiotik.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan serosa) dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, dan ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritoneum. Peritoneum melipat dan meliputi hampir seluruh visera abdomen.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Nama-nama khusus telah diberikan pada lipatan-lipatan peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan peritoneum lebar menyerupai kipas yang menggantung jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen, dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang menyuplai ke usus. Omentum majus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dan kurvatura major lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen menyerupai celemek. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dan kurvatura minor larnbung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah gesekan antara organ-organ yang berdekatan dengan cara menyekresi cairan serosa yang berperan sebagai pelumas. Peradangan peritoneum disebut peritonitis dan dapat merupakan sekuele berat akibat peradangan atau perforasi usus. Setelah peritonitis atau pembedahan abdomen, dapat terjadi perlekatan (pita-pita fibrosa) dan kadang-kadang menyebabkan obstruksi usus. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam terdiri atas serabut-serabut sirkular. Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltik usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Usus halus dicirikan dengan adanya tiga struktur yang sangat menambah luas permukaan dan membantu fungsi utamanya yaitu absorpsi. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang disebut sebagai valvula koniventes (lipatan Kerckring) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 sampai 10 mm. Adanya lipatan-lipatan ini menyebabkan gambaran usus halus menyerupai bulu pada pemeriksaan radiografi. Vili merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang jumlahnya sekitar empat atau lima juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Vili panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm (dapat terlihat secara makroskopis) dan menyebabkan gambaran mukosa menjadi menyerupai beludru. Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari yang panjangnya sekitar 1 m pada permukaan luar setiap vilus. Mikrovili terlihat dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan tampak sebagai brush border pada pemeriksaan mikroskop cahaya. Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya hanya sekitar 2.000 cm2. Valvula koniventes, vili, dan mikrovili sama-sama menambah luas permukaan absorpsi hingga 1,6 juta cm2, yaitu meningkat sekitar seribu kali lipat. Penyakit-penyakit usus halus (mis., sprue) yang menyebabkan terjadinya atrofi dan pendataran vili, sangat mengurangi luas permukaan absorpsi dan mengakibatkan terjadinya malabsorpsi. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Struktur Vilus
Tiap-tiap vilus tendiri atas saluran limfe sentral yang disebut sebagai lakteal yang dikelilingi oleh jalinan kapiler darah dalam jaringan ikat. Jaringan ikat sendiri dikelilingi oleh sel-sel epitel toraks. Makanan yang telah dicerna akan masuk ke dalam lakteal dan kapiler vilus. Epitel vilus terdiri atas dua jenis sel: sel goblet penghasil mukus, dan sel absorptif (dengan mikrovili yang menonjol dan permukaannya), yang bertanggungjawab atas absorpsi bahan makanan yang telah tercerna. Enzim-enzim terletak pada brush border dan menyelesaikan proses pencernaan saat berlangsungnya absorpsi.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Di sekeliling vilus terdapat beberapa sumur kecil yang disebut kripte Lieberkuhn. Kripta ini merupakan kelenjar-kelenjar usus yang menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim pencernaan. Sel-sel yang tidak berdiferensiasi di dalam kripta Lieberkuhn, berproliferasi cepat dan bermigrasi ke ujung vilus, tempat menjadi sel-sel absorptif. Pada ujung vilus, sel-sel ini akan lepas ke dalam usus. Pematangan dan migrasi sel dan kripta ke ujung vilus hanya membutuhkan waktu selama sampai 7 hari. Diperkirakan sekitar 20 sampai 50 Juta sel epitel dilepaskan ke dalam lumen usus setiap menit. Laju pergantian sel tinggi (tercepat dalam tubuh), sehingga epitel usus sangat rentan terhadap perubahan proliferasi sel. Obat-obat sitotoksik yang diberikan untuk kanker atau leukemia menghambat pembelahan sel, mengakibatkan atrofi mukosa dan pemendekan kripta maupun vili. Penderita yang mendapat obat-obat ini sering mengalami ulserasi pada saluran gastrointestinal. Pada sprue, vili dapat memendek atau hilang.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Pendarahan dan Persarafan
Arteria mesenterika superior dicabangkan dan aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteria ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh artenia gastroduodenalis dan cabangnya, arteria pankreatiko duodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan nyeni, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, becrjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)
FISIOLOGI
Usus halus mempunyai dua fungsi utama: (1) pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal, dan (2) absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCI, pepsin, mukus, renin, dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mukus juga memberikan perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu dan hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)
Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan molekul-moliekul lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap ke luar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin larut-lemak dipertahankan dalam larutan sampai dapat diabsorpsi oleh permukaan sel epitel.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat pada brush border villi dan mencerna zat-zat makanan sambil diabsorpsi. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)
Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya enzim ; hal ini diperantarai oleh kerja pankrezimin. Pankreaozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama dengan efek berbeda; hormon ini disebut scbagai CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)
Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkannya horrnon lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dan pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati, dan memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dan salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan asupan kontinu isi lambung. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)
Absorpsi
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui dinding usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air, elektrolit, dan vitamin. Absorpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar belum begitu dipahami.
Walaupun banyak zat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus, namun terdapat tempat-tempat absorpsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Tempat-tempat absoprsi ini penting diketahui agar dapat memahani proses terjadinya defisiensi nutrisi tertentu akibat penyakit pada usus halus.
Absorpsi gula, asam amino, dan Jemak hampir selesai pada saat kimus mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorpsi dalam duodenum dan jejunum, dan absorpsi kalsium memerlukan vitamin D. Vitamin larut-lemak (A, D, F, dan K) diabsorpsi dalam duodenum dan untuk absorpsi dibutuhkan garam-garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut-air diabsorpsi dalam usus halus bagian atas. Absorpsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transpor khusus yang membutuhkan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak, akan direabsorpsi dalam ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatik garam empedu dan sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu. Dengan demikian asam atau garam empedu manipu bekerja untuk mencema lemak berkali-ka1i sebelum dikeluarkan dalam feses. Penyakit atau reseksi pada ileum terminalis dapat menyebabkan terjadinya defisiensi garam-garam empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam empedu dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan terjadinya iritasi kolon dan diare.
(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 441)
4. Ususbesar
Setelah zat makanan terserap di usus halus, zat sisa disalurkan ke usus besar. Kebanyakan kandungan airnya diserap kembali ke dalam tubuh, dan zat buang semi-padat sisanya (tinja) bergerak ke rectum, untuk disimpan sampai dikeluarkan melalui anus.
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke dalam sekum dan mcncegah terjadinya aliran balik bahan fekal dan usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid . Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan alasan anatomis, mengapa memposisikan penderita kesisi kiri saat pemberian enema. Pada posisi ini, gaya gravitasi membantu mengalirkan air dan rektum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dan kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dan rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci).
Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti yang ditemukan pada bagian usus lain. Namun demikian, ada beberapa gambaran yang khas terdapat pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut sebagai taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut sebagai haustra. Apendises epiploika adalah kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkhhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan dengan usus halus.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal koion transvensum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dan arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter ekstema yang berada dalam pengendalian voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis melalui saraf splangnikus. Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian serabut pasca ganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang sfingter rektum. Rangsangan parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan.
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.
Kolon mengabsorpsi sekitar 800 ml air per hari, bandingkan dengan usus halus yang mengabsorpsi sekitar 8.000 ml. Namun demikian, kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 1500 hingga 2000 ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui (misalnya akibat hantaran cairan berlebihan dari ileum) akan mengakibatkan diare. Berat akhir feses yang dikeluarkan perhari sekitar 200 g, dan 80 hingga 90% diantaranya adalah air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak terabsorpsi, bakteri, sel epitel yang terlepas, dan mineral yang tidak terabsorpsi.
Sejumlah kecil pencernaan dalam usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan bukan oleh kerja enzim. Usus besar menyekresi mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumas dan melindungi mukosa.
Bakteri usus besar menyintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dari sisa protein menjadi asam amino dan zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol, dan asam lemak. Bila asam lemak dan HCI dinetralisasi oleh bikarbonat, akan dihasilkan karbondioksida (C02). Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2. l-l, H2S dan CH4 membantu pembentukan gas (flatus) dalam kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lain diabsorpsi dan diangkut ke hati untuk diubah menjadi senyawa yang kurang toksik dan diekskresikan melalui urine.
Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskanCO2, H2 dan CH4 yang juga berperan dalam pembentukan flatus dalam kolon. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan), dan pada peningkatan gas dalam lumen usus (biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan). Makanan yang mudah membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung banyak karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah gerakan pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dan dan waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-nemas sehingga memberi cukup waktu untuk terjadinya absorpsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif (1) kontraksi lambat dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustral dan (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan, terutama setelah makanan yang pertama kali dimakan pada hari itu.
Propulsi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingten intema dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter ekstenna dikendalikan oleh sistem saraf voluntar. Refleks defekasi tenintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum dan refaksasi stingIer intema. Pada waktu rektum yang teregang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik ke atas melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (manuver atau peregangan Valsalva). Defekasi dapat dihambat oleb kontraksi voluntar otot stingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks, dan keinginan defekasi menghilang.
Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering ditemukan pada manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rektum saat terjadi peristaltik massa. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defckasi menghilang. Air tetap terus diabsorpsi dan massa feses, sehingga feses menjadi keras, dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul di satu tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut sebagai impaksi feses. Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah salu penyebab hemoroid (vena vanikosa rektum). Inkontinensia feses dapat disebabkan oleh kerusakan otot sfingter ani atau gangguan medula spinalis. Daerah anorektal sering merupakan tempat terjadinya abses dan fistula. Kanker kolon dan rektum merupakan kanker saluran gastrointeslinal yang paling sering terjadi.
KERJA KOLON
Dalam 4 jam setelah makan, nutrisi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup ileosekal.
Katup ini, yang secara normal tertutup, membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus. Pada setiap gelombang peristaltik, katup terbuka secara dingkat dan memungkinkan sebagian isinya masuk ke kolon.
Populasi bakteri adalah komponen utama dari isis usus besar. Bakteri membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam empedu. Dua jenis sekresi kolon ditambahkan pada materi sisa mukus dan larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan bicarbonat yang bekerja untuk menetralisir produk akhir yang terbentuk melalui kerja bakteri kolonik. Mukus ini melindungi mukosa kolon dari isi interluminal dan juga memberikan perlekatan untuk massa fekal.
Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorpsi efisien terhadap air dan elektrolit. Gelombang peristaltik kuat intermitten mendorong isi untuk jarak tertentu. Hal ini terjadi secara umum setelah makanan lain di makan, bila hormon perangsang usus dilepaskan. Materi sisa dari makanan dalam kira-kira 12 jam. Sebanyak seperempat dari materi sisa dari makanan mungkin tetap berada di rektum 3 hari setelah m
5. Hati, empedu, dan pankreas
Hati, empedu, dan pankreas membantu mengurai makan secara kimia. Hati menggunakan hasil pencernaan untuk membuat protein seperti antibodi (untuk membantu kita melawan infeksi) dan faktor pembeku­darah. Hati juga mengurai sel darah yang usang dan mengeluarkan buangannya sebagai bile, yang disimpan di empedu dan berperan dalam pencernaan lemak. Masuknya makanan ke dalam duodenum (pangkal usus halus) merangsang empedu untuk melepas bile ke dalam duodenum melalui saluran bile. Pankreas mengeluarkan cairan pencerna yang kuat, yang dikeluarkan ke duodenum begitu makanan memasukinya. Bersama cairan pencema yang dihasilkan permukaan dinding usus halus, mereka mengurai nutrien menjadi zat-zat yang terserap dalam darah dan dibawa ke hati.
Image

6. Peristaltik
Makanan didorong sepanjang saluran pencernaan oleh serangkaian kontraksi otot yang disebut peristaltik.
Semua dinding saluran pencernaan dilapisi dengan otot lembut. Untuk menggerakkan segumpal makanan (bolus) maju, otot-otot di belakang makanan berkontraksi sementara otot di depannya mengendur.
Image
Gelombang peristaltik
Untuk menggerakkan makanan melalui saluran pencernaan, otot-otot di dinding berkontraksi dan mengendur berturutan. Hal itu disebut gelombang peristaltik.
Sumber : Smith, T., Davidson, S., "Dokter Di Rumah Anda", Dian Rakyat, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar