- Kalimat Tidak Baku
- Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada
hadir.
- Kami menghaturkan terima kasih atas
kehadirannya.
- Mengenai
masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
- Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah
tema karangan.
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan
Regu B.
- Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan
kota.
Kalimat
Baku
- Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
- Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
- Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan
dengan tuntas.
- Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A
dan Regu B.
- Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
Ragam
Tidak Baku dan Ragam Baku
- Ragam Tidak Baku (a)
Ragam Baku (b)
- a. Bilang dahulu dong sama saya punya bini.
b. Bicarakan dahulu dengan istri
saya.
- a. Memang kebangetan itu anak belum mandi sudah
makan gado-gado.
b. Memang keterlaluan anak
itu belum mandi sudah makan gado-gado.
- a. Pengendara motor dilarang lewat jalan ini
kecuali yang pakai helm.
b. Pengendara motor dilarang melewati
jalan ini, kecuali mereka yang memakai helm.
- a. Permintaan para langganan belum ada yang
dipenuhi karena persediannya sudah habis.
b. Permintaan para pelanggan
belum ada yang dipenuhi karena persedian barang sudah habis.
- a. Persoalan yang diajukan oleh Bapak
Kepala Sekolah diulas kembali bersama Bapak Ketua P.O.M.G.
- Soal yang diajukan oleh
Kepala Sekolah diulas kembali oleh Ketua POMG.
- a. Berhubung itu, mengemukakannya pula minat
baca kaum remaja semakin menurun.
- Sehubungan dengan itu,
dikemukakannya pula bahwa minat baca kaum
remaja makin menurun.
Kalimat
Tidak Teratur dan Kalimat Teratur
- Kalimat Tidak Teratur (a)
Kalimat Teratur (b)
- a. Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian
dari berbagai fihak, sehingga pada masa datang tidak seorangpun
menuntut ganti rugi.
b. Peristiwa itu perlu mendapat
perhatian berbagai pihak, agar pada masa yang akan datang
tidak ada seorang pun yang menuntut ganti rugi.
- a. Ini hari, kita tidak bicarakan tentang
soal harga, melainkan tentang mutu barang itu.
b. Hari ini kita tidak membicarakan
soal harga, tetapi soal mutu barang itu.
- a. Tujuan penyusunan Buku Pelajaran itu adalah
membantu masyarkat, khususnya yang berada di pedesaan. Sehingga karenanya
mendapat kesempatan belajar membaca menulis.
- Penyusunan buku pelajaran ini
bertujuan membantu masyarakat, khususnya yang berada di pedesaan agar
mendapat kesempatan belajar membaca dan menulis.
- a. Dalam upacara pembukaan seminar itu, yang
pertama kali diadakan di kota Semarang dihadiri para pejabat-pejabat
negara dan tokoh-tokoh masyarakat.
- Upacara pembukaan seminar
itu, yang pertama kali diadakan di kota Semarang, dihadiri para pejabat
negara dan tokoh masyarakat.
- a. Pertanyaan saya yang
ketiga kalinya, disebabkan karena kebimbangan saya
terhadap pemakaian kata nalar.
- Pertanyaan saya yang ketiga berkaitan dengan
kebimbangan saya terhadap pemakaian kata nalar.
- a. Indikator pemahaman materi keterampilan yaitu
mampu melakukan tugas dan latihan yang diberikan oleh penyaji.
b. Indikator pemahaman materi
keterampilan adalah kemampuan melakukan tugas dan pelatihan yang
diberikan oleh penyaji.
- a. Jumlah dokter amat
terbatas dibanding jumlah penduduk, tidak semua warga masyarakat termasuk
di desa mendapat pelayanan medis.
- Jumlah dokter amat terbatas jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk. Oleh karena itu, tidak semua warga masyarakat, terutama
di desa, mendapat pelayanan medis.
- a. Membantu pemerintah dalam Gerakan Penghijauan
Lingkungan yang mana berarti turut menjaga kelestarian alam.
- Membantu Pemerintah dalam gerakan penghijauan
lingkungan berarti turut menjaga kelestarian alam.
- a. Untuk peningkatan mutu pendidikan dari
sekolah swasta di mana memerlukan ketekunan dan keuletan para
pamong.
b. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan sekolah swasta diperlukan ketekunan dan keuletan para pamongnya.
- a. Dengan perombakan
sistem perdagangan dan industri itu bertujuan, agar Indonesia dapat
mengimbangi mengenai pertumbuhan ketenagakerjaan yang
terlalu cepat.
b. Perombakan sistem perdagangan dan
industri itu bertujuan agar Indonesia dapat mengimbangi pertumbuhan
ketenagakerjaan yang terlalu cepat.
Kalimat
Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara
tepat pula. Berikut ini contoh kalimat yang kurang efektif. Kalimat (1) diambil
dari sebuah tiket bus dan kalimat (2) diambil dari sebuah majalah. (1) Jika bus
ini mengambil penumpang diluar agen supaya melaporkan kepada kami. Kalimat ini
kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar.
Siapakah yang diminta "supaya melaporkan kepada kami"? Ternyata imbauan
ini untuk para penumpang yang membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini
perlu diubah menjadi : (1a)Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen,
Anda diharap melaporkan kepada kami. Jika subjek induk kalimat dan anak
kalimatnya dibuat sama, ubahannya menjadi (1b) Jika bus ini mengambil penumpang
diluar agen, harap dilaporkan kepada kami. (2) Mereka mengambil botol bir dari
dapur yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun. Apakah yang
berisi cairan racun itu ? Jika jawabnya "dapur", kalimat ini
sudah baik. Jika jawabnya "botol bir", letak keterangannya perlu
diubah menjadi : (2a) Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir yang
menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun.
Kalimat
Bermakna Ganda
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata
bahasa, tetapi masih menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat yang
efektif. Berikut ini contohnya : mahasiswa (1) Tahun ini SPP a baru
dinaikkan. Kata baru diatas menerangkan kata mahasiswa atau kata dinaikkan?
Jika menerangkan mahasiswa, tanda hubung dapat digunakan untuk menghindari
salah tafsir. (1a) Tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikkan. Jika kata baru
menerangkan dinaikkan, kalimat itu dapat diubah menjadi: (1b) SPP mahasiswa
tahun ini baru dinaikkan. (2) Rumah sang jutawan yang aneh itu akan segera
dijual. Frasa yang aneh diatas menerangkan kata rumah atau frasa sang
jutawan? Jika yang aneh menerangkan rumah, kalimat itu dapat diubah
menjadi : (2a) Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera dijual. Jika
yang aneh itu menerangkan sang jutawan kata yang dapat
dihilangkan sehingga makna kalimat di atas menjadi lebih jelas. (2b) Rumah sang
jutawan aneh itu akan segera dijual.
Membuat
Kalimat Secara Cermat
Pemilihan kata, pembentukan kata,
atau pembuatan kalimat yang tidak cermat mengakibatkan nalar yang terkandung
dalam kalimat terganggu. Hal itu seharusnya dihindari oleh penyusun kalimat
yang ingin menyampaikan informasi secara tepat. Berikut ini contoh kalimat yang
dikutip dari surat kabar. (1) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah
untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh. Kalimat (1) di atas terdiri atas tiga bagian, yaitu (i) tugas
kemusiaan dalam suatu jabatan, (ii) jabatan ialah untuk mengelola
sejumlah manusia, dan (iii) memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh. Ketiga bagian itu tidak jelas hubungannya. Berikut ini ubahan yang
menampakkan hubungan antar bagian secara lebih jelas. (1a) Tugas kemanusiaan
dalam suatu jabatan yang memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh
ialah pengelolaan sejumlah manusia. (1b) Tugas kemanusiaan dalam suatu
jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta
dedikasi yang tangguh (1c) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah
pengelolaan sejumlah manusia. Hal itu memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang
tangguh. (1d) Tugas mengelola sejumlah manusia, yang merupakan tugas
kemanusiaan dalam suatu jabatan, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh Patut dipertimbangkan pula pemakain ungkapan dedikasi yang tangguh.
Ungkapan yang lazim adalah dedikasi yang tinggi. (2) Dikatakan, bahwa sumpah
itu sebenarnya adalah perisai yang harus ditempatkan di bagian depan diri kita,
agar tidak terjerumus kepada sesuatu yang kita tidak boleh perbuat dan sumpah
merupakan pedoman di dalam melaksanakan tugas. Salah satu kemungkinan
perbaikan kalimat (2) di atas, agar gagasan-nya lebih mudah dicerna, adalah
sebagai berikut. (2a) Dikatakannya bahwa sumpah itu sebenarnya adalah pelita
yang harus ditempatkan di bagian depan diri kita agar kita tidak terjerumus
kedalam perbuatan yang tidak boleh kita lakukan. Sumpah juga merupakan pedoman
bagi kita di dalam melaksanakan tugas. Pengubahan kalimat (2) menjadi (2a)
menyangkut hal-hal berikut.
- Bagian kalimat sesudah kata dan dijadikan kalimat baru
agar kalimatnya tidak terlalu panjang.
- Tanda koma (,) di depan kata penghubung (bahwa dan
agar) tidak diperlukan.
- Kata perisai bermakna 'alat untuk melindungi
atau menangkis serangan', sedangkan pelita bermakna 'alat
penerangan'. Jadi, pelita lebih cocok dipakai disini sebagai alat
bantu untuk melihat jalan agar tidak terjerumus.
- Bentuk-nya pada dikatakannya perlu dicantumkan
agar jelas mengacu kepada pelakunya. Kata perbuatan lebih
terbayangkan acuannya daripada sesuatu. Agar tidak mengulang bentuk
yang sama, kata perbuat diganti dengan lakukan.
- Susunan kelompok kata yang kita tidak boleh lakukan
(setelah kata perbuat diganti dengan lakukan) perlu dipercermat
menjadi yang tidak boleh kita lakukan. Hubungan antar kata kita dan
lakukan sangat erat, maka unsur lain harus diletakkan di depan atau di
belakangnya.
Contoh lain: akan kita jalankan
bukan kita akan jalankan; Sekarang kita jalankan atau kita jalankan
sekarag bukan kita sekarang jalankan. Dalam contoh itu kata kita dan
jalankan tidak dapat disisipi oleh kata lain.
Kesejajaran
Satuan dalam Kalimat
Yang dimaksud satuan di sini adalah
satuan bahasa. Unsur pembentuk kalimat sepert subjek, predikat, objek dan
sebagainya, dapat disebut satuan. Mungkin terjadi bahwa subjek, predikat
dan objek itu terdiri atas beberapa unsur. Tiap-tiap unsur itu dapat juga
disebut satuan. Berikut ini contohnya. (1) Saya akan mengambil roti, mentega
dan kacang. Kalimat (1) terdiri atas tiga satuan fungsional, yaitu subjek,
predikat dan objek. Subjek saya terdiri atas satu satuan; predikat akan mengambil
terdiri atas dua satuan; dan objek roti, mentega dan kacang
terdiri atas tiga satuan. Jik kita berbicara tentang kesejajaran satuan dalam
kalimat, yang dibahas ialah keadaan sejajar atau tidaknya satuan-satuan yang membentuk
kalimat, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Tentu saja pengertian
kesejajaran mengandaikan bahwa unsur pembentuk kalimat itu lebih dari satu.
Sesungguhnya kaitan bentuk dan makan sangatlah erat dan tak terpisahkan, tetapi
demi kemudahan pembicaraan, tulisan ini akan terbagi menurut aspek yang
menonjol. Contoh kalimat yang bagian-bagiannya memperlihatkan kesejajaran dapat
diberikan berikut ini. (2) Marto kini memerlukan perhatian dan
pertolongan. (3) Polisi tengah menangani kasus pencurian dan pembunuhan itu.
- Kesejajaran Bentuk
Imbuhan yang digunakan untuk
membentuk kata yang berperan dalam menentukan kesejajaran. Berikut ini contoh
yang memperlihatkan ketidak-sejajaran bentuk.
- Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat
katalog, dan mengatur peminjaman buku.
Ketidaksejajaran itu ada pada kata
pembelian (buku) yang disejajarkan dengan kata membuat (katalog)
dan mengatur (peminjaman buku). Agar sejajar, ketiga satuan itu
dapat dijadikan nomina semua, ubahannya seperti terlihat pada kalimat (4a).
Jika dijadikan verba semua, ubahannya seperti terlihat pada kalimat (4b). (4a)
Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan pengaturan
peminjaman buku. (4b) Kegiatannya ialah membeli buku, membuat katalog,
dan mengatur peminjaman buku. Berikut ini disajikan contoh lain yang
memperlihatkan ketidaksejajaran bentuk.
- Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap
profesinya serta memahami tugas yang diembannya, Dokter Joko telah
berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik.
Tampak bahwa bentuk penghayatan
dan memahami tidak sejajar. Ubahan yang memperlihatkan kesejajaran dapat
diberikan di bawah ini. (5a) Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap
profesinya serta pemahaman akan tugas yang diembannya, Dokter Joko telah
berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik. (5b) Dengan menghayati
profesinya secara sungguh-sungguh serta memahami tugas yang diembannya, Dokter
Joko telah berhasil mengakhiri masa jabatannya dengan baik. Pada kemasan obat
sering ditemukan penjelasan berikut.
- (Obat ini) dapat dibeli di toko obat, kelontong, jamu
dan apotek.
Jika diuraikan, keterangan tempat
itu akan berbunyi di toko obat, toko kelontong, toko jamu, dan toko
apotek. Segera dapat diketahui bahwa ada ketidaksejajaran satuan karena
kita tidak mengenal istilah toko apotek. Karena itu, sebaiknya
penjelasan itu ditulis lengkap sebagai berikut. (6a) (Obat ini) dapat dibeli di
toko obat, toko kelontong, toko jamu dan apotek.
- Kesejajaran Makna
Seperti telah dinyatakan diatas,
bentuk dan makna berkaitan erat. Dapat diumpamakan keduanya merupakan dua sisi
dari keping uang yang sama. Berikut ini diutarakan makna yang terkandung dalam
satuan fungsional. Satuan fungsional adalah unsur kalimat yang berkedudukan
sebagai subjek, predikat, objek dan sebagainya. Status fungsi itu ditentukan
oleh relasi makna antarsatuan. Kalimat (7) berikut ini terasa janggal karena
tidak ada kesejajaran ubjek dan predikat dari segi makna.
- Dia berpukul-pukulan.
Kata berpukul-pukulan bermakan 'saling pukul'. Itu berarti pelakunya harus lebih
dari satu. Karena kata dia bermakna tunggal, subjek kalimat (7) itu perlu
diubah, misalnya menjadi mereka, atau ke dalam kalimat itu ditambahkan
keterangan komitatif (penyerat) dengan temannya, misalnya. Kalimat
berikut tidak memiliki kesejajaran makna predikat dan objek.
- Adik memetiki setangkai bunga.
Kata memetiki mempunyai makna
'berulang-ulang' yang tentunya tidak dapat diterapkan pada setangkai bunga.
Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat menjadi memetik
atau menghilangkan satuan setangakai pada objek. Tentu saja, perbaikan kalimat
itu (dan juga kalimat (1) di atas) bergantung pada informasi yang akan
disampaikan. Berikut ini contoh kalimat yang lebih kompleks.
- Selain pelajar SMA, Panitia juga memberikan
kesempatan kepada para mahasiswa.
Jika kalimat itu diuraikan, akan
diperoleh kalimat seperti pada (9a). (9a) Pelajar SMA memberikan kesempatan
kepada mahasiswa, Panitia juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa.
Tentu saja itu, bukan itu maksudnya. Maksud kalimat (9) adalah bahwa panitia
memberikan kesempatan, baik kepada para pelajar SMA maupun kepada para
mahasiswa. Informasi itu dapat diungkapkan dengan kalimat (9b) berikut. (9b)
Selain kepada pelajar SMA, Panitia juga memberikan kesempatan kepada para
mahasiswa. Pada ubahan itu fungsi satuan pelajar SMA adalah keterangan
dan itu sejajar dengan fungsi satuan para mahasiswa. Dari segi makna,
kedua satuan itu adalah penerima, bukan pelaku perbuatan. Contoh berikut
memperlihatkan kaitan erat antara bentuk dan makna yang terwujudkan dalam
penentuan fungsi.
- Setelah menyiapkan semuanya, acara sederhana itupun
segera dimulai.
Samakah subjek anak kalimat (10)
yang dilesapkan itu dengan subjek induk kalimatnya? Pelesapan unsur kalimat
dimungkinkan jika unsur yang berfungsi sama memiliki bentuk yang sama. Siapakah
yang menyiapkan semuanya? Ternyata tidak ada unsur yang ditampakkan yang
dapat menjadi jawaban atas pertanyaan itu. Dengan demikian, ada
ketidaksejajaran dalam kalimat itu. Ubahannya dapat diberikan di bawah ini.
(10a) Setelah menyiapkan semuanya, merek segera memulai acara sederhana itu.
(10b) Setelah semuanya disiapkan, acara sederhana itu pun segera dimulai. Dalam
kalimat (10a) subjek anak kalimat, adalah mereka. Karena fungsi dan
bentuknya sama, unsur ini dapat dimunculkan sekali saja. Kalimat (10b), yang
menjadi salah satu pilihan perubahan yang lain juga memperlihatkan kesejajaran
antara predikat disiapkan pada anak kalimat dan predikat dimulai
pada induk kalimat.
- Kesejajaran dalam Perincian Pilihan
Soal ujian kadang-kadang dibuat
dalam bentuk pilihan ganda. Soal yang baik harus memuat perincian pilihan yang
sejajar sehingga memberi peluang yang sama untuk dipilh. Berikut ini contoh
perincian pilihan yang tidak sejajar.
- Pemasangan telepon akan menyebabkan
- melancarkan tugas
- untuk menambah wibawa
- meningkatnya pengeluaran
Pada contoh di atas, jawaban yang
diharapkan adalah a, tetapi kalimat Pemasangan telepon akan menyebabkan
melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan b meskipun
memang bukan jawaban yan tepat, tidak mempunyai peluang untuk dipilih karena
kalimat Pemasangan telepon akan menyebabkan untuk menambah wibawa
bukanlah kalimat yang baik. Kalimat yang memuat pilihan c justru paling
baik, tetapi itu bukan jawaban yang diharapkan. Soal (11) itu dapat diubah
sebagai berikut. (11a) Pemasangan telepon akan meningkatkan
- kelancaran
- wibawa
- pengeluaran
contoh berikut ini memperlihatkan
perician yang baik dan sejajar walaupun tidak sejenis.
- Komunikasi adalah hubungan yang dilakukan
- dengan telepon
- untuk mendapatkan informasi
- oleh dua pihak atau lebih
perincian itu dikatakan sejajar
karena masing-masing jawaban itu merupakan keterangan, tetapi tidak sejenis
karena dari segi makna, isi keterangan itu memang berbeda-beda. Pilihan a
adalah keterangan alat, pilihan b badalah keterangan tujuan, pilihan c
adalah keterangan pelaku. Yang perlu diperhatiakan dalam contoh di atas ialah
penalaran kalimat yang melibatkan pilihan c. Apakah setiap hubunganyang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih itu selalu dapat disebut komunikasi? Hal
itu tidak akan dibahas lebih lanjut karena merupakan masalah logika dan bukan
masalah bahasa.
Komposisi
- Apakah yang disebut komposisi itu ?
Komposisi adalah bentuk pengungkapan gagasan berupa gubahan yang
tercermin dalam susunan beberapa kalimat. Sebuah komposisi dapat terbentuk
hanya dalam satu untaian kalimat dan dapat pula berupa rangkaian kalimat.
Untaian kalimat yang mencerminkan satu gagasan yang padu membangun satu
paragraf atau alinea. Skripsi, makalah, berita di koran, pidato, dan surat
adalah contoh komposisi. Karya sastra yang berupa sajak, cerpen, dan novel pun
merupakan komposisi. Paragraf pada sajak dikenal dengan istilah bait.
- Ciri utama apakah yang terdapat pada komposisi?
Jawaban berikut akan mengutarakan
ciri-ciri umum yang terdapat pada jenis komposisi, seperti pidato, makalah,
skripsi, dan surat dinas. Komposisi yang baik selalu bercirikan kepaduan.
Kepaduan it uterbentuk oleh adanya kesatuan dan pertautan. Kesatuan itu
berkenaan dengan pokok masalah, sedangkan pertautan itu berkenaan dengan
hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain yang berupa kalimat,
paragraf, pasal, atau bab; bagian yang berupa bab lazim terdapat di dalam
sebuah paragraf maupun pada seluruh naskah. Untuk menjamin adanya kesatuan dan
pertautan dalam satu komposisi hendaknya termuat hanya satu gagasan pokok yang
sesuai dengan jenjangnya dan gagasan pokok itu kemudian dikembangkan. Di dalam
naskah yang terdiri atas beberapa paragraf gagasan pokok itu dapat termuat
dalam sebuah paragraf yang disebut paragraf pokok dan dikembangkan dengan
paragraf pengembang. Di dalam sebuah paragraf, gagasan pokok itu dapat
diwujudkan dalam sebuah kalimat yang disebu kalimat pokok. Gagasan itu
dikembangkan dengan kalimat-kalimat lain yang disebut kalimat pengembang
sehingga membentuk paragraf karena, baik di dalam setiap paragraf maupun di
dalam naskah, seutuhnya terdapat proses pengembangan atas satu gagasan pokok
sehingga terbentuklah pertautan antara kalimat/paragraf pokok dan
kalimat/paragraf pengembang, serta antara kalimat/paragraf pengembang yang satu
dan kalimat/paragraf pengembang yang lain. Kepaduan itu dapat digambarkan
sebagai berikut.
(1) =========================================
(2)
..........................................(3)........................................
(4)
......................................................................................
(5) ============================ (6) ................... (7)
.................................(8)................................................
(9) ............................................................
|
Keterangan = kalimat pokok I
paragraf pokok ..... kalimat pengembang II paragraf pengembang
- Bagaimana contoh nyata sebuah paragraf yang padu?
Perhatikan paragraf berikut. (1) Kekeringan
yang melanda pulau ini berakibat sangat parah. (2) Sumur penduduk sudah
tidak banyak mengeluarkan air. (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh makanan
yang berupa rerumputan hijau. (4) Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu. (5)
Banyak sawah yang tidak tergarap lagi; tanahnya mengeras dan pecah-pecah.
Gagasn pokok pada paragraf di atas akibat kekeringan yang parah terutama dalam
kalimat (1) . Kalimat (2) dan (3) merupakan pengembangan kalimat (1) sehingga
pembaca memperoleh gambaran yang lebih lengkap perihal kekeringan itu. Sebagai
kalimat pengembang, masing-masing memberikan keadaan yang disebut dalam kalimat
(1). Berikut ini contoh paragraf yang tidak padu. (1) Biji yang patutu
dipilih sebagai bibit memiliki bebrapa ciri. (2) Setelah dipilih, bibit
disemaikan terlebih dahulu. (3) Biji yang dijadikan bibit harus masih dalam
keadaan utuh. (4) Biji yang kulitnya berkerut atau berjamur sebaiknya tidak
dipilih. (5) Kulit biji yang sehat biasanya berwarna kuning muda. Pada paragraf
di atas, gagasan pokok termuat pada kalimat (1). Kalimat (3) sampai dengan (5)
membicarakan ciri biji yang baik untuk dipilih sebagai bibit. Oleh karena itu,
kalimat (3) sampai dengan (5) merupakan pengembang kalimat (1). Kalimat (2)
memang bertautan dengan kalimat (1) karena juga bertopik tentang bibit, tetapi
bukan pengembang kalimat (1) karena tidak berbicara tentang ciri bibit. Dapat
dikatakan paragraf di atas tidak padu karena terdapat ketidaksatuan gagasan.
- Apakah kalimat pokok selalu di bagian awal?
Kaimat pokok tidak selalu di awal
paragraf. Pada contoh berikut ini kalimat pokok itu terletak di akhir paragraf,
yaitu kalimat (5).
- Selama ini banyak orang tua yang mengeluh karena tidak
dapat memahami pelajaran matematika yang diajarkan kepada anaknya. (2)
Mereka tidak dapat membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah. (3) Par
guru lulusan tahiun yang telah lama silam pun tidak sedikit yang
kebingungan. (4) Buku paket dibeberapa temapt ternyata belum sampai. (5) Tampaknya
pemberian pelajaran matematika dengan cara baru ini memang belum siap.
- Pemarkah apakah yang menandai pertautan?
Pertautan lazim ditegaskan oleh
ungkapan penghubung dan pengulangan unsur kalimat. Ungkapan penghubung dapat
dibedakan atas ungkapan penghubung antarkalimat dan ungkapanpenghubung
antarparagraf. Pengulangan unsur kalimat itu dapat dilakukan dengan menggunakan
kata atau frasa yang sama dan dapat pula menggunakan pronomina (kata ganti)
dia, mereka, saya-nya, dan demonstrativa (kata tunjuk) ini, itu. Perhatikan
paragraf berikut ini. (1) Saya mempunyai tetangga yang senang memelihara
binatang. (2) Tetangga saya itu, Tono namanya, mempunyai seekor anjing pudel.
(3) Dia sangat menyayangi binatang itu. Dalam paragraf di atas kata tetangga
pada kalimat (1) diulang lagi pada kalimat (2). Pronomina dia pada kalimat (3)
mengacu ulang unsur Tono pada kalimat (2) dan frasa binatang itu pada kalimat
(3) mengacu ulang unsur seekor anjing pudel pada kalimat (2). Kedua alat
penegas pertautan itu digunaan untuk memberikan, menguraikan, atau menyimpulkan
gagasan pokok. Akan tetapi, ada juga pertautan yang tidak dibentuk dengan kedua
alat itu, tetapi dengan pertalian gagasan. Untuk lebih jelas lagi perhatikan
wacana berikut. (1) Beberapa orang menilai bahwa anak remaja sekarang cenderung
kurang peduli terhadap lingkungannya. (2) Di tempat-tempat umum mereka sering
bergerombol sehingga mengganggu par pemakai jalan yang juga berhak lewat di
tempat itu. (3) Tingkah laku mereka di jalan raya pun demikian. (4) Pada malam
hari, saat orang memerlukan istirahat, tidak jarang mereka bermain gitar dan
bernyanyi keras dengan suara sumbang. (5) Aksi corat-coret sangat mereka gemari
sehingga menjadikan lingkungan berkesan kotor. (6) Oleh karena itu,
tidak sedikit orang yang merasa resah atas tingkah laku mereka. (7) Di pihak
lain, ada pula orang yang berpendapat bahwa remaja memerlukan perhatian
yang lebih banyak lagi.. (8) Tingkah laku mereka justru merupakan protes atas
kurangnya perhatian orang tua terhadap mereka. (9) Mereka bertingkah laku
untuk menyatakan keberadaan mereka secara ekstrem. (10) Dengan demikian,
mereka berharap agar orang lain memperhatikan mereka beserta persoalan dan
kebutuhan yang mereka hadapi. Gagasan pokok pada paragraf pertama--kalimat (1)
sampai dengan (6)—tertuang pada kalimat (1), yakni ada orang yang menilai bahwa
remaja itu tidak peduli pada lingkungannya. Gagasan itu dikembangkan pada
kalimat (2) sampai dengan (6). Kalimat (2) sampai dengan (5) berisi gambaran
tentang ketidakpedulian remaja itu. Sekalipun tidak menggunakan ungkapan
peng-hubung, gagasan tiap-tiap kalimat bertalian karena topik yang dibicarakan
sama, yakni kelakuan remaja. Kalimat (6) mengungkapkan akibat peristiwa yang
dinyatakan pada kalimat-kalimat sebelumnya. Ungkapan penghubung oleh karena
itu menyatakan pertaliannya dengan kalimat-kalimat sebelumnya. Pertautan
paragraf kedua—kalimat (7) samapai dengan (10)—dengan paragraf pertama—kalimat
(1) sampai dengan (6)—diwujudkan dengan kata-kata di pihak lain pada
kalimat yang memuat gagasn pokok. Pernyataan bahwa ada orang yang berpendapat
bahwa remaja memerlukan perhatian yang lebih banyak lagi, yang menjadi gagasan
pokok dikemukakan pada kalimat (8) sampai dengan (10). Kecuali pada kalimat
(10), dalam kalimat pengembang itu tidak digunakan ungkapan penghubung, tetapi
masing-masing bertalian karena mengungkapkan topik yang sama, yakni bahwa
tingkah laku remaja itu merupakan ungkapan keperluan mereka akan perhatian
orang lain. Kesamaan topik kalimat pengembang itu juga dinyatakan dengan
perulangan penggunaan kata tingkah laku pada kalimat (8) dan (9).
Pertautan kalimat (10) dengan kalimat sebelumnya dinyatakan dengan ungkapan dengan
demikian.
- Ungkapan manakah yang tergabung dalam ungkapan
penghubung antarkalimat dan ungkapan penghubung antarparagraf?
Yang termasuk ungkapan penghubung
antarkalimat, antara lain oleh sebab itu, namun, akan tetapi, dengan
demikian, selanjutnya, dan selain itu. Yang termasuk ungkapan
penghubung antarparagraf, antar lain adapun, dalam pada itu, dan sementara
itu. Batas pengelompokan ini tidaklah tegas benar. Ungkapan penghubung
antarparagraf sering juga digunakan untuk mempertautkan kalimat dengan kalimat
dalam sebuah paragraf.
Pronomina
Persona
Pronomina, yang disebut juga kata
ganti, sebenarnya tidak mengganti, tetapi mengacu ke maujud tertentu yang
terdapat dalam peristiwa pertuturan. Pengacuan itu dapat bersifat di luar
bahasa ataupun di dalam bahasa. Pronomina dapat dibagi atas pronomina persona
(antara lain saya, kamu, dan mereka), pronomina penunjuk (antara
lain, ini, itu, sana, sini), dan pronomina penanya (antara lain apa,
siapa, dan mengapa). Yang dibicarakan berikut ini hanyalah pronomina
persona. Dalam peristia pertuturan, pesan diungkapkan oleh pembicara atau
penulis (selanjutnya akan disebut pembicara) kepada kawan bicara atau
pembaca (selanjutnya disebut kawan bicara). Pembicara adalah persona
pertama sedangkan persona kedua yang terlibat dalam peristiwa pertuturan. Yang
tidak terlibat dalam pertuturan adalah persona ketiga. Perhatikanlah percakapan
berikut yang memperlihatkan pemakaian beberapa pronomina. Amir dan Bonar
bertemu dengan Candra. (1) Candra : Hendak kemana kalian? (2) Bonar :
Kami akan k e rumah Dina. Engkau mau ikut? (3) Candra : Dina ? Siapa dia?
(4) Bonar : Dia kawan lamaku. Kami dulu sekampung. (5) Amir :(Berbisik
kepada Candra). Kamu tahu? Kita akan diajak merayakan pertemuan mereka
kembali. (6) Candra : O, ya? Kalau begitu, aku mau. Tetapi, Bonar, apakah
kami tidak menggangu acara kalian? (7) Bonar : Ah, tidak. Kita nanti hanya
makan angin saja, kok. (8) Amir : Jangan kaugoda, Candra. Lihat, kata-katamu
membuat merah mukanya. Pronomina aku, -ku, ku-, dan saya mengacu
ke persona pertama yang tunggal. Bentuk aku, -ku, dan ku- digunakan jika
pembicara akrab dengan kawan bicaranya seperti pada ilustrasi di atas. Bentuk
itu juga dipakai oleh orang yangsedang berdoa atau berbicara dalam batin. Dalam
situasi resmi digunakan kata saya. Pronomina kami mengacu ke persona
pertama yang jamak. Para peserta upacara yang mengucapkan ikrar kesetuaan,
misalnya, menggunakan kata kami yang mengacu ke diri mereka. Pronomina
itu juga dapat mengacu ke persona pertama dan persona ketiga sekaligus. Persona
ketiga mungkin hadir pada peristiwa pertuturan itu (seperti pada cakapan (2) dan
(6), mungkin pula tidak hadir (seperti pada cakapan (4)). Karena tidak
melibatkan persona kedua, pronomina kami ibersifat eksklusif. Pronomina kita
kita mengacu ke persona pertama dan kedua sekaligus. Karena itu, acuannya
jamak. Persona ketiga dapat pula dilibatkan dalam acuan itu seperti contoh pada
cakapan (7) yangselain mengacu ke Bonar dan Candara, juga mengacu ke
Amir dan Dina. Karena melibatkan persona kedua, pronomina itu bersifat
inklusif. Pronomina kamu, -mu, engkau, kau- mengacu ke persona kedua.
Bentuk itu dipakai jika tidak ada hambatan psikologis pada pembicara; misalnya,
jika pembicara akrab dengan kawan bicara atau jika status sosial pembicara
lebih tinggi saripada status kawan bicara. Beberapa contoh pemakaiannta
terlihat pada contoh percakapan di atas. Pronomina itu umumnya mengacu ke
jumlah tunggal, tetapi dapat juga mengacu ke jumlah jamak-kolektif. Guru dapat
mengacu ke murid-muridnya denga kata kamu. Pada karya susastra, misalnya
dalam kalimat sajak yang berikut, engkau mengacu ke jumlah kolektif. Wahai,
para guru! Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa. Kata Anda bisa
dipakai dalam situasi bicara yang formal. Selain itu, kata itu juga digunakan
jika lawan bicara banyak dan/atau tidak tampak. Misalnya, dalam rapat, kuliah,
surat, iklan, teepon, atau siaran. Dengan demikian, Anda digunakan untuk
mengacu ke persona tunggal ataupun jamak. Kata kalian digunakan untuk
mengacu ke persona kedua jamak. Kata itu digunakan jika pembicara tidak
mempunyai hambatan psikologis. Acuan kalian dapat juga mencakupi persona
ketiga yang berada di pihak kawan bicara. Pada cakapan (1) di atas, kata kalian
mengacu ke Amir dan Bonar (persona kedua jamak), sedangkan pada cakapan
(6) kalian mengacu ke Bonar (persona kedua) dan Dina (persona ketiga
yang tidak hadir). Alih-alih kalian, jika acuan jamak, kata sekalian
dapat digunakan dengan cara ditambahkan pada pronomina kedua engkau, kamu,
Anda, atau pronomina pertama kami atau kita. Bentuk Anda
sekalian lebih takzim daripada engaku sekalian atau kamu sekalian. Pronomina
(d)ia –nya beliau, dan mereka mengacu ke persona ketiga, kata )d)ia
digunakan jika acuannya tunggal seperti terlihat pada percakapan di atas.
Bentuk –nya dapat mengacu ke persona ketiga tunggal atau jamak. Pemakaian –nya
seperti pada kalimat Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih tidak tepat
jika bentuk itu mengacu ke kawan bicara; seharusnya Atas perhatian
Anda/Saudara, saya ucapkan terima kasih. Kata beliau digunakan untuk menyatakan
perasaan hormat. Mereka mengacu ke jumlah dua ke atas. Bentuk –nya dapat
digunakan untuk mengacu kepada sesuatu yang bukan insan seperti terlihat pada
contoh berikut. (9) Walaupun kakinya terluka, harimau itu masih dapat melarikan
diri. Pronomina persona ketiga yang lain umumnya digunakan untuk mengacu ke
insan. Dalam dongeng, misalnya, pronomina itu digunakan juga untuk mengacu ke
hewan atau benda lain yang diinsankan. (10) Kancil berlari ketakutan; kemudian
ia mencari tempat persembunyian. (11) Bunga mawar dan bunga matahari memamerkan
keelokan mahkota mereka. Dalam pemakaian formal, acuan yang bukan insan harus
diulangi atau diungkapkan dengan kata lain yang maknanya bersesuain. (12) Dulu
kami mempunyai radio antik, tetapi kini radio/barang itu telah dicuri orang.
Bagan berikut memperlihatkan pronomina yang telah dibicarakan.
Bentuk
|
Yang Diacu
|
'Jumlah'
|
saya, aku, -ku, ku-
kami kita||Persona I ||Tunggal
Jamak Jamak
|
||
Engkau, kau, kau-,
Anda, kamu, -mu, Kalian||Persona
II Persona II ( + III)||Tunggal Jamak
|
||
(d)ia, beliau
-nya Mereka||Persona III Persona
III Persona III||Tunggal Tunggal/jamak Jamak
|
Di samping itu, ada seperangkat
nomina penyapa dan pengacu yang mencakupi istilah kekerabatan, seperti bapak,
ibu, adik, dan anak yang masing-masing berpasangan dengan bentuk singkatnya
yaitu pak, bu, dik dan nak. Nomina penyapa untuk persona kedua, sedangkan
nomina pengacu untuk persona pertama, kedua, atau ketiga. Dalam kesastraan
dipakaibentuk seperti ayahanda, ibunda, adinda, atau ananda. Bentuk yang
bertalian dengan nama keahlian atau jabatan, seperti profesor (pof), dokter
(dok), kapten (kep), dan zuster (zus) juga digunakan untuk menyapa ke persona
kedua. Bentuk itu sering kali tersa lebih hormat dan lebih santun daripada
pronomina persona kedua. Bentuk singkat kedua jenis nomina itu hanya dapat
digunakan untuk menyapa (disebut vokatif) dan tidak dapat mengacu. Perhatikan
contoh berikut.
Selamat
siang, Pak.
Bu,
saya pergi sebentar.
Sakit
apa, Dok, anak saya?
*Rumah
Dik, dimana?
*Sekarang
Nak tidur dulu.
*Resep
Dok dapat saya baca.
Penggunaan nomina penyapa dalam
kalimat yang bertanda bintang berarti tidak berterima.
Pewatas
dan Penjelas
Kalimat yang baik susunan dan
pilihan katanya kadang-kadang masih menimbulkan salah tafsir karena maknanya
ganda. Perhatiakn contoh berikut. (1) Meja bukan tempat untuk duduk. Pada
kalimat itu meja tidak mengacu ke meja tertentu, tetapi mengacu ke meja mana
pun. Jika kata meja itu diterangkan dengan kata lain, acuannya makin terbatas.
(2) Meja kami akan diperbaiki. Pada kalimat (2) itu, kata meja tidak lagi
mengacu ke seberang meja, tetapi ke meja yang kami miliki. Perhatikan tambahan
penjelasan pada meja kami berikut ini. (3) Meja kami yang rusak itu akan
diperbaiki. Kalimat (3) di atas mengandung praanggapan bahwa kami memiliki
beberapa meja dan salah satu di antaranya rusak. Hanya meja yang rusak itulah
yang akan diperbaiki. Kita dapat melanjutkan kalimat itu seperti yang berikut.
(4) Meja kami yang rusak itu akan diperbaiki, sedangkan yang lain tidak perlu
diperbaiki. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang rusak mewatasi atau
membatasi acuan kata meja sehingga kata itu tudak mengacu kesebarang meja yang
kami miliki. Konstruksi yang rusak itu pada kalimat tersebut disebut pewatas.
Sekarang, jika yang dimiliki itu hanya sebuah meja dan meja itu rusak,
bagaimanakah cara mengungkapkannya? Untuk menghindari praanggapan seperti yang
ada pad kalimat (3), kita dapat menggunakan tanda koma (atau jeda jika kalimat
itu kita ucapkan) seperti berikut. (5) Meja kami, yang rusak itu, akan
diperbaiki. Pada kalimat (5), yang rusak itu tidak mewatasi meja kami, tetapi
menjelaskan. Konstruksi seperti itu, yang biasanya diucapkan dengan nada yang
lebih rendah daripad bagian kalimat yang lain, disebut penjelas. Kalimat (6)
berikut ini, sebagai contohtambahan, dapat diucapkan oleh ibu yang mempunyai
beberapa anak, sedangkan kalimat (7) dapat diucapkan oleh ibu yang mempunyai
satu anak. (6) Anak saya yang baru berumur satu tahun itusudah mulai dapat
berjalan. (7) Anak saya, yang baru berumur satu tahun itu, sudah mulai dapat
berjalan.
Ungkapan
Penghubung Antarkalimat
Bila membuat sebuah komposisi atau
karangan, kalimat yang terlalu panjang kadang-kadang harus dihindari. Akan
tetapi, kalimat yang pendek-pendek tetap harus berpautan agar padu. Sarana
pemaduan yang digunakan lazim disebut ungkapan penghubung antarkalimat. Berikut
ini akan disajikan beberapa contoh ungkapan pengubung antarkalimat. Pada bagian
(a) disajikan dua kalimat yang tidak padu, sedangkan pad bagian (b) dua kalimat
itu menjadi padu oleh adanya ungkapan penghubung antarkalimat. Ada beberapa
ungkapan untuk menyatakan pertentangan konsekuensi logis dengan hal yang
dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Misalnya, biarpun demikian, sekalipun
begitu, sungguhpun demikian, walaupun demikian, dan meskipun demikian.
Berikut ini adalah salah satu contoh pemakaiannya. (1a) Ia tidak mempunyai beka
lyang cukup. Ia tetap akan berangkat ke Riau. (1b) Ia tidak mempunyai bekal
yang cukup. Biarpun demikian, ia tetap akan berangkat ke Riau. Pada contoh di
atas konsekuensi logis dari kalimat pertama (1a), yakni ia tidak mempunyai
bekal yang cukup, ialah bahwa ia tidak akan pergi. Ternyata konsekuensi itu
tidak terjadi dan yang terjadi justru bertentangan dengannya. Ungkapan namun
dan akan tetapi juga dapat menyatakan pertentangan sehingga dapat mengganti pemakaian
ungkapan yang disebutkan pada butir 1 di atas. Selain itu, namun dan akan
tetapi juga dapat menyatakan pertentangan yang tidak berkenaan dengan
konsekuensi kalimat sebelumnya. Syarat yang berat bagi terlaksananya pernyataan
sebelumnya, misalnya, juga dapat ditautkan dengan namun dan akan tetapi.
Berikut ini adalah salah satu contohnya. (2a) Kemakmuran dapat segera terwujud.
Kita harus bekerja keras untuk mencapainya. (2b) Kemakmuran dapat segera
terwujud. Akan tetapi, kita harus bekerja keras untuk mencapainya. Pada contoh
itu namun dan akan tetapi dapat digunakan, tetapi ungkapan seperti biarpun
demikian dan meskipun demikian tidak dapat menggantikannya. Perlu juga diingat
bahwa dalam bahasa baku konjungsi tetapi digunakan sebagai penghubung intrakalimat,
tidak digunakan sebagai penghubung antar-kalimat. Ada pula ungkapan penghubung
antarkalimat yang lain yang digunakan untuk menyatakn kelanjutan peristiwa atau
keadaan pada kalimat sebelumnya. Contohnya adalah kemudian, sesudah itu,
setelah itu, dan selanjutnya. Berikut ini adalah salah satu contoh
pemakaiannya. (3a) Kami pergi ke Bogor. Kami pergi ke rumah Pak Suminta di
Cianjur. (3b) Kami pergi ke Bogor. Sesudah itu, kami pergi ke rumah Pak Suminta
di Cianjur. Jika pemaparan urutan peristiwanya terbalik, ungkapan yang
digunakan adalah sebelum itu seperti pada contoh berikut. (3c) Kami pergi ke
rumah Pak Suminta di Cianjur. Sebelum itu, kami pergi ke Bogor. Ungkapan yang
menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di samping yang telah dinyatakan
sebelumnya adalah selain itu, di samping itu, tambahan pula, dan ini
adalah salah satu contoh pemakaiannya. (4a) Penduduk setempat minta tenaga
seorang dokter.
Mereka
menginginkan penyuluhan kesehatan secara rutin.
(4b) Penduduk setempat minta tenaga
seorang dokter. Selain itu, mereka menginginkan penyuluhan kesehatan secara
rutin. Ungkapan sebaliknya menyatakan hal yang berbalikan dengan pernyatan
sebelumnya, seperti terlihat pada contoh berikut. (5a) Hapsari senang bermain
boneka. Kakaknya lebih suka membantu Ibu memasak. (5b) Hapsari senang bermain
boneka. Sebaliknya, kakaknya lebih suka membantu Ibu memasak. Untuk menguatkan
pernyataan sebelumnya, dengan cara menambahkan hal yang lain, dapat digunakan
malahan dan bahkan. Berikut ini adalah salah satu contoh pemakaiannya. (6a)
Polisi sudah dilapori mengenai kasus itu. Polisi sudah mulai menanganinya. (6b)
Polisi sudah dilapori mengenai kasus itu. Bahkan, mereka sudah mulai
menanganinya. Jika hal yang ditambahkan itu merupakan kebalikan pernyataan
sebelumnya, baik ungkapan malahan, bahkan, maupun sebaliknya dapat digunakan.
Berikut ini contohnya. (6c) Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan
peringatan. Sebaliknya Bahkan, dia melawan polisi dengan belati. Ungkapan yang
menyatakan konsekuensi atau hal yang dengan sendirinya terjadi akibat peristiwa
yang lain adalah dengan demikian. Contoh pemakaiannya adalah sebagai berikut.
(7a) Pintu aula akan ditutup sesudah pertunjukan mulai. Tidak ada penonton
keluar masuk selama pertunjukan berlangsung. (7b) Pintu aula akan ditutup
sesudah pertunjukan mulai. Dengan demikian, tidak ada penonton keluar masuk
selama pertunjukan berlangsung. Ungkapan oleh sebab itu dan oleh karena itu,
yang mirip fungsinya dengan ungkapan dengan demikian, digunakan untuk merujuk
pernyataan sebelumnya sebagai alasan terjadinya suatu peristiwa. Berikut ini
adalah salah satu contoh pemakaiannya. (8a) Nilai yang diperolehnya sangat
buruk. Ia dinyatakan tidak lulus. (8b) Nilai yang diperolehnya sangat buruk.
Oleh sebab itu, ia dinyatakan tidak lulus. Contoh-contoh di atas memperlihatkan
bahwa pengubung antarkalimat menghubungkan dua kalimat yang utuh. Karena kedua
kalimat itu terpisah, subjek pada kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun
sama dengan subjek kalimat sebelumnya. Dengan demikian, dalam bahasa baku
kalimat seperti nomor (1b) tidak dapat menjadi Ia tidak mempunyai bekal yang
cukup. Biarpun demikian, tetap akan berangkat ke Riau. Penghilangan subjek
seperti itu menjadikan kalimat itu tidak baku.
Kalimat
Bernalar
Dalam sebuah harian ditemukan berita
seperti yang berikut ini. (1) Dalam lomba itu Murti Rais dari Jawa Timur keluar
sebagai juara pertama. Juara kedua diduduki Nunung Manunggal dari DKI. Sepintas
lalu kutipan itu terasa tidak aneh, namun, jika kita mengamatinya lebih lanjut,
akan muncul pertanyaan seperti ini, "Siapakah juara kedua yang diduduki
Nunung itu?" Artinya, ada ssuatu yang menggangu nalar berbahasa kita.
Dalam kalimat pertama pada kutipan di atas, ada orang yang bernama Murti Rais yang
menjadi juara pertama. Tentu ada orang lain yang menjadi juara kedua. Apakah
orang yang menjadi juara kedua iru merupakan tempat duduk bagi Nunung? Beberapa
kalimat berikut ini dapat dijadikan pilihan untuk menggantikan kalimat kedua
pada kutipan di atas. (1) Juara kedua adalah Nunung Manunggal dari DKI. (2)
Gelar juara kedua diraih oleh Nunung Manunggal dari DKI. (3) Tempat kedua
diduduki oleh Nunung Manunggal dari DKI. Alih-alih menggunakan kalimat (3),
kita juga dapat mempertimbangkan penggunaan kalimat berikut ini. (4) Peringkat
kedua diduduki oleh Nunung Manunggal dari DKI. Jika menggunakan gaya yang sama
dengan pernyataan sebelumnya, tentu saja kita dapat mengubah petikan itu
menjadi seperti berikut ini. Dalam lomba layar itu Murti Rais dari Jawa Timur
keluar sebagai juara pertama, sedangkan Nunung Manunggal dari DKI keluar
sebagai juara kedua. Pilihan mana pun yang akan dipakai dapat menjadikan
kalimat itu lebih bernalar.
Dirgahayu
Republik Indonesia
Setiap menjelang hari peringatan
kemerdekaan Republik indonesia banyak dijumpai tulisan yang mengungkapkan
ucapan "Selamat Ulang Tahun Republik Indonesia". Ungkapan itu dalam
pemakaiannya sangat bervariasi. Dari berbagai variasi itu ada beberapa
diantaranya yang penulisannya kurang tepat. Hal itu apat diperhatikan pada
contoh di bawah ini.
- Dirgahayu HUT RI Ke-54.
- Dirgahayu RI Ke-54
- HUT ke LIV Kemerdekaan Indonesia.
Penulisan dan penyusunan contoh itu
dilakukan secara tidak cermat sehingga dapat menimbulkan salah tafsir.
Ketidaktepatan contoh (1) terletak pada penempatan kata dirgahayu. Kata
dirgahayu merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, yang bermakna 'panjang
umur' atau 'berumur panjang'. Jik dihubungkan dengan makna yang didukung oleh
HUT, pemakaian kata dirgahayu tidak tepat karena rangkaian kata dirgahayu HUT
bermakna 'selamat panjang umur HUT'. Makna seperti itu dapat memberi kesan
bahwa yang diberi u7capan 'selamat panjang umur' dan semoga panjang umur'
adalah HUT-nya, bukan RI-nya. Padahal yang dimaksud dengan ungkapan itu adalah
RI. Oleh karena itu, agar dapat mendukung pengertian secara tepat, susunan
dirgahayu HUT perlu diubah menjadi dirgahayu RI. Ungkapanitu sudah tepat tanpa
harus disertai HUT dan Ke-54. jika HUT ingin digunakan, sebaiknya kata
dirgahayu kita hilangkan dan bilangan tingkat ke-54 dipindahkan sebelum RI
sehingga susunannya menjadi HUT Ke-54 RI. Ketidaktepatan contoh (2), yaitu dirgahayu
RI ke-54, terletak pada penempatan kata bilangan tingkat. Dalam hal ini kata
bilangan tingkat yang diletakkan sesudah RI (RI Ke-54) dapat menimbulkan kesan
bahwa RI seolah-olah berjumlah 54 atau mungkin lebih. Kesan itu dapat
menimbul-kan pengertian bahwa yang sedang berulang tahun adalah RI yang ke-54
bukan RI yang ke-10, ke-15, atau yang lain. Padahal kita mengetahui bahwa di
dunia ini hanya ada satu RI, yaitu Republik Indonesia, yang sedang berulang
tahun ke-54. untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah tafsir semacam itu,
susunan RI ke-54 harus kita ubah. Pengubahan itu dilakukan dengan memindahkan
kata bilangan tingkat ke-54 ke posisi sebelum RI dan menggantikan kata
dirgahayu dengan HUT sehingga susunannya menjadi HUT ke-54 RI. Contoh (3) ketidaktepatannya
terletak pada penulisan angka Romawi. Dalam hal ini kata bilangan tingkat yang
ditulis dengan angka Romawi seharusnya tidak didahului dengan ke. Oleh karen
itu, bentuk ke- pada kata bilangan tingkat ke LIV pada contoh (3) harus
dihilangkan sehingga menjadi LIV. Sebaliknya, jika ditulis dengan angka Arab,
bentuk ke- harus disertakan sebelum angka Arab itu sehingga bentuknya menjadi
ke-54. jadi, penulisan ungkapan contoh (3) di atas yang tepat adalah HUT LIV
Kemerdekaan Ri atau HUT Ke-54 Kemerdekaan RI. Atas dasaruraian di atas, contoh
(1), (2), dan (3) yang tepat dinyatakan sebagai berikut. Dirgahayu RI HUT Ke-54
RI HUT LIV Kemerdekaan RI HUT Ke-54 Kemerdekaan RI Dengan beranalogi pada
bentukan ungkapan tersebut, kita pun dapat membentuk ungkapan lain secara
cermat untuk menyatakan 'selamat ulang tahun' pada keperluan yang lain,
misalnya pada ulang tahun TNI, ulang tahun KORPRI, ulang tahun RRI, atau ulang
tahun TVRI. Dengan menggunakan ungkapan secara cermat, selain dapat menyatakan
informasi yang tepat berarti kita pun turut mendukung usaha pembinaan dan
pengembangan usaha.
Penyusunan
Kalimat untuk Berita
Berita sering harus ditulis denga
segera dan kadang-kadang sampai dengan terburu-buru. Jika tulisan semacam itu
direnungkan kembali, tidak jarang tulisannya terdapat kesalahan, seperti pada
kutipan berikut ini. (1) Upaya mencari titik temu masalah harga ini sampai kini
belum juga terpecahkan.... Pertanyaan yang segera timbul jika kita membaca
kalimat itu adalah apakah suatu upaya dapat dipecahkan? Jawabannya tentu tidak
karena yang dapat dipecahkan biasanya berupa masalah. Tentang suatau upaya,
kita dapat mengatakan, misalnya, berhasil atau belum berhasil diatasi. Jadi,
kalimat (1) di atas sebenarnya kurang tepat. Ubahan kalimat itu yang tepat dapat
diusulkan sebagai berikut. (1a) Upaya mencari titik temu masalah harga ini
sampai kini belum juga berhasil... (1b) Masalah penenttuan harga ini sampai
sekarang belum juga terpecahkan... Kalimat berikut ini juga janggal karena
katanya kurang tepat. (2) Membangun industri baja diperlukan biaya yang besar.
Kita dapat membuat pertanyaan seperti di bawah ini jika menjumpai kalimat
semacam itu; Biaya besar diperlukan utnuk apa? Jawabannya adalah untuk
membangun industri baja. Dengan memperhatikan jawaban itu kita dapat menyusun
kalimat (2) secara lebih cermat, yaitu dengan menyertakan kat auntuk pada awal
kalimat, seperti perbaikannya pada (2a), atau tanpa menyertakan untuk, tetapi
dengan mngubah predikat kalimat itu menjadi kata kerja aktif, seperti (2b) berikut.
(2a) Untuk membangun industri baja diperlukan biaya yang besar. (2b) Membangun
industri baja memerlukan biaya yang besar. Di bawah ini dikutipkan sebagian
berita yang lebih panjang yang penulisannya kurang cermat. (3) Santunan senilai
Rp. 2,5 juta untuk seseorang meninggal berlaku sejak 1986 setelah ada kerja
sama Raharja Pekanbaru dengan Organda setempat. Isi kerja sama itu menentukan,
setiap oplet membayar premi ekstra satu tahun kepada Jasa Raharja. Dengan
demikian, korban meninggal yang melibatkan oplet tersebut akan memperoleh
tambahan santunan Rp. 1,5 juta di samping Rp. 1 juta yang mengacu pada
ketetapan Undang-Undang 33/1964. Setelah membaca kutipan itu, orang mungkin
bertanya-tanya. Mungkinkah korban yang meninggal dapat melibatkan oplet dan memperoleh
santunan? Jawabannya tentu tidak. Hal itu memperlihatkan bahwa informasi yang
diungkapkan dalam kutipan berita itu dapat mengalami penyimpangan. Penyimpangan
itu sebenarnya itu tidak perlu terjadi jika penulis berita itu dapat
mengungkapkannya dengan menggunakan bahasa secara cermat. Dengan mempercermat
pengungkapan, kutipan berita itu dapat diubah sebagai berikut. (3a) Ketentuan
santunan senilai 2,5 juta rupiah untuk seseorang yang meninggal berlaku sejak
1986 setelah ada kerja sama Raharja Pekanbaru dengan Organda setempat. Isi
kerja sama itu menentukan bahwa setiap pemilik oplet harus membayar premi
ekstra satu tahun kepada Jasa Raharja. Dengan demikian, keluarga korban yang
meninggal karena kecelakaan oplet tersebut akan memperoleh tambahan santunan
1,5 juta rupiah di samping 1 juta rupiah yang diberikan berdasarkan ketetapan
Undang-Undang Nomor 33/1964.
Dibiayai
dari obligasi Anda atau dibiayai dengan obligasi Anda?
Kecernatan sebuah kalimat tidak
hanya ditentukan oleh penggunaan kaidah tata bahasa yang tepat dan
kesesuaiannya dengan ragam pemakaian, tetapi juga harus didasari penalaran yang
baik. Kalimat berikut ini, misalnya, dari segi tata bahasa cukup baik, tetapi
terasa janggal dari segi penalarannya. "Kami bahagia karena menunda
pernikahan kami. Umur kami laki-laki minimum 25 tahun, perempuan minimum
22 tahun". Jika diperhatikan secara cermat, tampak bahwa kalimat
tersebut diucapkan langsung oleh pasangan muda. Kata kami mengacu pad
pembicara. Namun, pada kalimat selanjutnya, pemakaian kata laki-laki,
perempuan, dan minimum memberi kesan bahwa informasi kalimat itu mengacu pada
orang lain, bukan pembicara. Di samping itu, penggunaan unsur umur kmi yang
diikuti kat laki-laki dari segi makna juga kurang tepat. Kalimat tersebut akan
lebih wajar jika diubah seperti berikut sehingga memberi kesan diucapkan oleh
seorang suami dalam pasangan itu. "Kami bahagia karena menunda
pernikahan kami. Kami menikah setelah umur saya 25 tahun dan umur istri
saya 22 tahun". Masalah yang serupa juga kita jumpai pada kalimat di
bawah ini. Inilah permen pelega polusi tenggorokan. ) Jika menjumpai
kalimat itu, kita dapat bertanya, apakah yang menjadi lega? Jawabannya, polusi
tenggorokan. Jadi, permen itu dapat membuat polusi menjadi lega dan leluasa
bersemayam di tenggorokan. Jika demikian, tepatkah "pesan" yang ingin
disampaikan? Jawabannya tentu tidak karena "pesan" sesungguhnya yang
ingin disampaikan ialah bahwa permen itu dapat membuat tenggorokan menjadi lega
dan terbebas dari populasi. Pesan semacam itu akan lebih tepat jika diungkapkan
dengan kalimat seperti berikut, yang merupakan hasil pencematan kalimat di
atas. Inilah permen pelega tenggorokan yang berpolusi. Inilah permen
pelega tenggorokan yang terkena polusi. Inilah permen pembebas
tenggorokan dari polusi. Inilah permen pembebas polusi tenggorokan.
Kekurangcermatan penalaran yang lain juga kita temukan pada kalimat berikut. Kualitas
dan kepuasan Anda menjadi tujuan kami. Kalimat itu pun memungkinkan kita
bertanya, kualitas apa atau siapakah yang menjadi tujuan perusahan pemasang
iklan itu? "Kualitas Anda" alias kualitas konsumenkah? Jika
direnungkan lebih jau, memang dapat kita temukan maksud ungkapan itu yang
sesungguhnya, yaitu bahwa perusahaan pemasang iklan itu menjanjikan kualitas
layanan dan kerjanya (yang baik) kepada konsumen sehingga diharapkan mereka
menjadi puas. Jika maksudnya memang demikian, beberapa kalimat berikut ini,
misalnya, lebih cermat mengungkapkan gagasan itu. Kualitas layanan kami
menjamin kepuasan Anda. Kualitas kerja kami menjamin kepuasan Anda. Menjaga
kualitas layanan (kerja) kami dan memuaskan Anda adalah tujuan kami.
Kalimat berikut ini juga terasa janggal jika kita renungkan lebih jauh. Jalan
ini dibiayai dari obligasi Anda. Kata dari tidaklah tepat digunakan pada
kalimat itu. Kata itu lebih tepat digunakan untuk mengantar, misalnya,
keterangan tempat seperti pada kalimat Buku itu dipinjam dari perpustakaan
sekolah atau Pertandingan ini disiarkan langsung dari Stadion Utama
Senayan. Keterangan lazim diantar dengan kata dari, misalnya, terdapat pada
kalimat Para pegawai di lingkungan reaktor nuklir harus dilindungi dari
pengaruh radiasi. Pada kalimat yang dikutip di atas, obligasi Anda
merupakan keterangan alat atau instrumen. Untuk menyatakan keterangan itu, kata
depan yang tepat digunakan adalah dengan. Jadi, kalimat di atas menjadi lebih
cermat jika diungkapkan sebagai berikut. Jalan ini dibiayai dengan obligasi
Anda. Beberapa contoh yang dibicarakan itu menunjukkan bahwa dengan
mengikuti kaidah tata bahasa saja dalam berbahasa tidaklah cukup. Makna kata
dan kelazima pemakaiannya juga perlu diperhatikan agar dapat menghasilkan
kalimat ynag bernalar. Pada gilirannya, kalimat yang bernalar akan mempermudah
orang lain menangkap dab memahami isi kalimat itu dengan cepat dan tepat.
Tepatkah
karenanya dan makanya?
Penghubung antarkalimat, yang
berfungsi menghubungkan dua kalimat, ada bermacam-macam, diantaranya namun,
di samping itu, dengan demikian, sungguhpun begitu, atau oleh karena
itu. Karena dan Makanya Kata karenanya dan makanya
sering digunakan untuk menghubungkan dua kalimat. Tepatka penggunan kedua kata
itu sebagai penghubung antarkalimat? Perhatikan contoh berikut. (1) Banyak
orang tua yang mengeluh, mereka tidak dapat memahami pelajaran matematika yang
diajarkan kepada anaknya. Karenanya, mereka tidak dapat membantu anaknya
mengerjakan pekerjaan rumah. (2) Banyak anaka yang tidak menyukai pelajaran
matematika. Makanya, nilai matematika mereka tidak bagus. Kedua contoh
itu masing-masing terdiri atas dua kalimat. Kedua kalimat itu masing-masing
dihubungkan oleh kata karenanya (1) dan makanya (2). Hal ini
tentunya tidaklah tepat. Di dalam bahasa Indonesia kata karenanya dan makanya
bukanlah sebagai kata penghubung antarkalimat. Kedua kata itusering muncul
sebagai penghubung antarkalimat karena ketidaktahuan orang yang membuatnya.
Kata karenanya dipakai sebagai penghubung antarkalimat dikacaukan dengan
oleh karena itu. Kata karenanya dianggap sebagai bentuk
pemendekan dari oleh karena itu. Hal itu tentu saja tidak dibenarkan.
Pada dasarnya, kata penghubung antarkalimat merupakan bentuk idiomatis yang
kehadirannya tidak dapt dipertukarkan ataupun diganti. Kata itu harus hadir
secara utuh. Dengan demikian, kalimat (1) semestinya diubah menjadi. (3) Banyak
orang tua yang mengeluh, mereka tidak dapat memahami pelajaran matematika yang
diajarkan kepada anaknya. Oleh karena itu, mereka tidak dapat membantu
anaknya mengerjakan pekerjaan rumah. atau, dapat juga dipakai kata penghubung
lain, seperti berikut. (4) Banyak orang tua yang mengeluh, mereka tidak dapat
memahami pelajaran matematika yang diajarkan kepada anaknya. Oleh sebab itu,
mereka tidak dapat membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah. Kalimat (2)
yang memakai kata makanya sebagai penghubung antarkalimat jelas tidak
tepat. Lebih-lebih jika kata makanya muncul dalam pemakaian bahasa tulis
yang baku. Kata maka sebagai penghubung antarkalimat setakat ini belum
diakui keberadannya. Baru sementara orang saja yang dapat menerima kehadiran
kata maka sebagai penghubung antarkalimat. Pada umumnya, kata maka
dianggap sebagai kat apenghubung intrakalimat yang hadir menghubungkan dua
bagian di dalam sebuah kalimat.